Pagi hari saat yang tepat untuk jalan-jalan, disamping udara
masih segar, matahari pagi yang terpancarkan sangat bagus untuk pengambilan
gambar. Di malang, pukul 06.30 – 08.00 adalah waktu yang pas untuk sesi
pemotretan.
Pagi itu, saat melintas di jembatan kali brantas, ada dua
aktifitas yang akan saya lakukan. Pertama nostalgia, karena beberapa puluh
tahun yang lalu, jembatan ini merupakan saksi bisu selama 3 tahun saya melintas
pulang pergi sekolah. Entah jalan kaki, naik motor atau naik angkutan umum. Kedua,
tentu saja tergiur dengan hebohnya di sosmed mengenai kampung warna warni.
Kalau kita teliti lebih dalam, ada dua genre dengan kampung
yang berbeda. Di sisi kiri atau disebut kampung Tridi, lebih mengarah ke urbanart.
Design Mural karya penduduk lokal yang luar biasa, bisa dipadukan dengan
karakteristik rumah atau fasilitas umum, seperti MCK, mushola atau hanya
sekedar petunjuk jalan. Awalnya tidak terpikir untuk turun ke bawah, tapi
serasa kena hipnotis. Saat memasuki pintu utama, pengunjung sudah dijamu dengan
design mural yang luar biasa. Sayang kan kalau gak lanjut ke dalam. Depannya
saja sudah seperti itu, apalagi di dalam. Inilah kelebihan kalau datang pagi
hari, masih sepi, untuk yang suka human interest, bisa melihat aktifitas
masyarakat di pagi hari Buat saya, pantulan cahaya sinar matahari sehingga
keluarlah warna yg berkilau. Itu yang lebih utama. Karena waktunya pendek,
tidak banyak mural yang bisa saya ambil. Suatu saat, saya akan kembali lagi di
waktu yang sama.
Genre kampung sebelah, yang dekat dengan jalan Juanda,
disebut dengan kampung warna warn karena rumah di cat dengan aneka warna,
disesuaikan dengan selera penghuninya. Bagi yang menyukai street, disilah
tempatnya. Masyarkat merubah tatanan lingkungan menjadi lebih menarik, tambahan
asssories, seperti payung dan tempat kongkow kongkow. Benar-benar ingin
memanjakan pengunjung yang datang. Tidak banyak mural dan unsur seni, hanya
permainan warna. Bagi penyuka urbanart, kampung Tridi lebih cocok. Namun yang
patut dibanggakan, kreatifitas dan ide itu yang menjadi perlu kita hargai.
Berkat kreatifitas mahasiswa KKN, kreasi warna warni di kampung menjadi satu tren di Indonesai. hampir setiap kota memiliki kampung yang sejenis. Tidak hanya di kota besar, bahkan di kota kecil pun, seniman mural berkreasi semaksimal mungkin untuk mempercantik kota atau wilayahnya. Tengok saja salah satu jalan sempit di sekitar Tangerag. Berkat kreatifitas Pak Lurah untuk menggerakkan warganya, jadilah jalan Meteorologi sebagai ajang corat corel mural yang cantik. Begitu juga di kota lain, seperti Semarang, Solo, Yogyakarta Surabaya, Bandung dan masih banyak kota lain. Untuk membuktikan, setiap menapakkan kaki di suatu kota, sempatkan untuk mencari mural.
Comments
Post a Comment