Resensi Buku The Secret of Learning – Kisah pembelajaran International Baccalaureate Diploma (IB) di SMA Indonesia
· Judul Buku : The
Secret of Learning
· Nama Pengarang :
Rafito Putra Priesa
· Nama Penerbit : Pusat
Studi Sumber Daya Manusia (PSSDM)
· Tahun Terbit :
2017
· Tebal : 140
halaman
· Nomor Edisi :
ISBN 978-602-73829-7-8
Buku kecil namun enak untuk dibaca ini karangan Rafito atau
biasa dipanggil fito, sebagai ungakapan kebahagiaan dan kenyamanannya di
sekolah. Dengan gaya bahasa kekinian sesuai dengan usianya yang mulai merambah
ke angka 19. Masih sangat muda untuk ukuran usia pengarang. Sebagai pemerhati
yang tajam, hasil karyanya jauh diatas dari usianya. Pemahaman dan rasa
cintanya di sekolah dituangkan seperti cerita perjalanan atau biografinya
selama menempuh dunia pendidikan. Yang berkesan dalam buku, penulis
menyampaikan bahwa di sekolah Internasional tidak menanamkan siswa menjadi
egois, tapi menuntut siswa kreatif, lebih berjiwa sosial, terjalinnya interaksi
antara guru dan orang tua. Itu semua sudah jadi budaya di negara kita, ternyata
tertanam juga di sekolah dengan atribut Internasional dengan siswa yang
bervariasi tidak hanya siswa dari dalam negeri, tapi dari luar negeri. Seperti
penulis sampaikan, yaitu “Para guru tidaklagi bertanya untuk menguji kemampuan
daya ingat saya. Mereka melatih saya menggunakan pikiran dan logika untuk
mengambil keputusan.”
Secara umum, buku ini bisa dijadikan acuan bagi guru untuk
merubah mindset, bahwa pendidikan yang baik dan siswa berprestasi adalah siswa
yang mampu menghafal dengan baik dan mendapat nilai akhir harus bagus. Tanpa
harus tau bagaimana sebuah proses. Pada akhirnya mengurangi nilai kreatifitas,
bahkan timbul ke-galauan karena kurikulum sering berganti-ganti.
Kelebihan Buku
Dapat menuntun anak muda untuk berkreasi, menuangkan segala
ide, harapan dan cita-citanya setinggi langit dengan hasil nyata. Waktu
berjalan sangat cepat, masa muda benar-benar dimanfaatkan dengan baik.
Persaingan di duia luar semakin ketat. Saat masih duduk di bangku sekolah memanfaatkan
segala fasilitas yang dengan sebaik-baiknya. Dalam buku ini diceritakan dengan
lugas bahwa manfaatkan fasilitas semaksimal mungkin dengan waktu yang tersedia.
Seperti disampaikan oleh penulis, saat sekolah mengadakan kunjungan ke beberapa
desa, disana siswa tidak hanya jalan-jalan dan swafoto, tapi lebih banyak
membuat kegiatan sosial yang pada akhirnya menanamkan jiwa sosial dan berbagi
dengan sesama, dan ini mampu menularkan kepada siswa lain, tidak nhanya siswa
di lingkunagn IB Indonesia, tapi siswa IB di luar negeri. Denga membaca buku
ini, harapannya mampu mendorong siswa sekolah lain untuk berbuat hal yang sama
dengan cara yag berbeda.
Kekurangan Buku
Setelah membaca buku pertama
penulis, ada beberapa kekurangan yang bisa ditambahkan untuk edisi selanjutnya,
antara lain:
- Di tengah ke
galauan, perlu tips bagi teman-teman untuk memilih sekolah. Supaya tidak
terkesan, bahwa buku ini hanya layak dibaca oleh siswa IB.
- Perlu ada
testimoni atau cuplikan obrolan dari teman-teman penulis yang sekolah
di luar IB. Bagaiman pandangan mereka mengenai sekolah IB. Plus bagaimana bergaul dengan anak-anak IB
- Bagaimana
dengan biayanya, bisa dibuat simulasi biaya sekolah, sehingga bisa
mendapat fasilitas seperti ini. Serta bagi yang tidak mampu, apakah ada
beasiswa yang bisa didapatkan dan bagaimana caranya?
- Buku ini akan lebih menarik apabila ditambahkan testimoni dari siswa kurang mampu dan mendapatkan beasiswa serta bisa berprestasi di bidangnya. Bukan sebagai ajang promosi, tapi mendorong siswa kurang mampu, bahwa dengan semangat dan kegigihan bisa merasakan sekolah Internasional.
Masukan dari pembaca
Buku ini luar biasa, cerita
perjalanan hidup dan biografi yang dikemas dengan bahasa anak muda sehingga
kesannya tidak sombong atau sok menggurui. Tapi lebih kepada curahan
kebahagiaan dan kenyamanan di sekolah, dimana penulis menghabiskan sebagian
waktunya di sana, bersama guru dan teman-teman seusianya. Harapannya, promosi
buku ini tidak hanya di tularkan kepada teman-teman di sekolah IB, tapi
teman-teman sekolah Internasional lain, bahkan sekolah umum juga. Ditunggu
tantangan karya selanjutnya, dimana harus mandiri kuliah di negeri orang, tanpa
ada bantuan orang tua dan adik-adik yang selalu hadir setiap kakaknya memiliki
keinginan.
Comments
Post a Comment