Ini bukan yang pertama kali saya mengunjungi destinasi Pulau
Laskar Pelangi. Sekitar tahun 2008, beserta rekan-rekan kantor lama sempat
menjejakkan kaki di pula Laskar Pelangi ini. Saat itu tujuannya wisata berburu kepopularitasan Film Laskar
Pelangi. Sekitar tahun 2008, fasilitas masih terbatas. Saya ingat
sekali, jumlah lampu lalu lintas hanya dua dan yang menyala hanya satu. Ha ha ha .. sederhana sekali, patokan
kemajuan suatu kota dihitung dari jumlah lampu lalu lintas. Kalau tidak salah, kemarin sempat menghitung, kalau jumlah lampu merah sudah bertambah 4 dan menyala semua. Berarti Belitung sudah ramai nich.
Kali ini, traveling saya masih berhubungan dengan urusan
pekerjaan. Tapi kali ini berbeda dengan sebelumnya, saya bersama rombongan besar,
berjumlah 27 orang. Bersama rombongan salah satu institusi lembaga pendidikan
yang cukup besar di Indonesia. Agenda rapat cukup padat. Sepertinya tidak
sempat untuk menikmati keindahan pulau Belitung. Ternyata dugaan saya meleset,
berkat kedisiplinan dan semangat, agenda diskusi dan beberapa pembahasan bisa
diseslesaikan tepat waktu. Lelah juga, tapi semua terbayarkan dengan adanya
kesempatan sehari menjelajah pulau Belitung.
9 tahun berlalu, semuanya sudah berubah. Berkat kepopuleran
Laskar pelangi, pariwisata menjadi komoditi utama. Keelokan pantai dengan
deretan batu granit dan lambaik dan kepala menambah keindahannya. Kota mulai tertata rapi, jalan mulus dan
hotenya juga bersih dan mudah untuk dijangkau. Yang tak terlupakan adalah, rasa
kopi racikan dari barista lokal sama sekali tidak berubah. Baik rasa maupun
penyajiaannya. Ini juga yang menjadi alasan saya untuk kembali berwisata ke
Pulau Belitung. Serasa berada di Italy, dimana kopinya mantap. Meskipun mereka
tidak punya kebun kopi. Luar biasa bukan …? Info yang saya dapatkan dari para pedagang kopi. Baik di cafe maupun di pasar, kopi berasal dari Lampung. Saya jadi teringat ke populeran kopi Robusta Lampung. Benar juga ya, tapi kenapa di Belitung rasanya lebih enak? Itu pertanyaan yang belum terjawab oleh saya. Setiap bertanya pada para pedagang, mereka hanya senyum-senyum sambil menjawab, beda tangan beda rasa.
Terakhir, yang membuat istimewa. Perjalanan dengan rekan
baru, yang sebelumnya terlihat kaku dan sok alim saat di meja rapat. Semuanya
berubah, serasa kena hipnotis oleh keindahan alam Pulau Belitung. Langit biru,
laut nya bersih dan bening, serta kami mendapat anugerah tambahan. Cuaca sangat
bersahabat, membuat persahabatan kami menjadi semakin erat.
Sehari sangat berkesan dan bermana bagi kami, semuanya
ditutup dengan senyum dan secangkir bukan dengan kopi pahit tapi secangkir kopi hitam
dengan taste fruity nya… hmmm…
racikan kopi lokal dengan kepiawaian barista lokal yang tidak akan pernah terlupakan. Lain waktu tidak ada salahnya untuk kembali ke Belitung hanya untuk menikmati secangkir kopi hitang di kedai lokal.
Comments
Post a Comment