Di
era tehnologi digital, menuntut seseorang untuk menjadi seniman dan
enterpreneur. Artinya dimana manusia modern dituntut untuk berkarya, keluar
dari zone nyaman. Seorang seniman tidak harus berdarah seni. Seniman adalah
orang yang mau keluar dari pakem yang sudah ada, seperti pendapat Seth Godin di
bukunya The Icarus Deception. Berikut ulasannya, “Jangan kuatir bila anda tidak
berbakat melukis atau bermain musik, menjadi seniman adalah sikap yang dapat
kita asah dan kembangkan. Arsitek yang berani melenceng dari pakem, adalah
seniman. Demikian juga dokter yang cukup perhatian untuk menelepon, staf
layanan pelanggan yang membangun hubungan tulus, pengusaha yang berani memulai
tanpa ijin ataupun otoritas, juga manager tingkat menengah yang mengubah
jalannya pertemuan penting dengan satu komentar saja.”
Makna
yang terkandung, semakin modern suatu peradaban manusia, semakin banyak seniman
yang akan muncul. Seni kebebasan untuk berkarya dan menghasilkan segala sesuatu
yang bermanfaat bagi semua orang. Namun jangan sampai mental seniman ini pada
akhirnya disalah gunakan. Sistem yang telah ada tetap harus dijalankan,
penyesuaian antara sistem dengan realita. Sistem terlalu kaku juga tidak akan
bermanfaat, malah jadi menghambat. Disilah terasa fungsi dari perkembangan
tehnologi, terutama tehnologi digital. Semua serba transparan. Realisasinya
juga sangat mudah dan cukup bersahabat. Coba saja perhatikan, sudah banyak
kemudahan yang didapat dengan adanya seniman dan tehnologi. Mulai dari
reservasi tiket, antrian paspor, order makanan, order transportasi umum, dan
masih banyak kemudahan yang kita dapatkan dengan munculnya seniman dan
tehnologi digital. Dunia ada di genggaman kita.
Saat
keluar dari zone nyaman, disanalah mental entrepreneur dibentuk. Selalu
menciptakan ide-ide baru, keluar dari pakem yang sudah ada untuk selalu
berkreasi. Seorang entrepeneur handal tidak hanya terpaku pada ide
pembuatan/pengembangan produk yang luar biasa. Tapi mampu menggali pasar,
seniman marketing, menciptakan aturan aturan-aturan baru, sampai ke manajemen
keuangan. Memahami dimana sumber dana bisa didapatkan dan bagaimana penanganan
investor. Terakhir, diperlukan mental entrepeneur, yaitu punya keberanian untuk
mengambil resiko. Bagaimana menyingkapi suatu permasalahan. Tidak hanya
permasalahan keuangan, tapi sampai ke penanganan pelanggan. Disini juga letak
kenyamanan bisnis di dunia digital, keluhan pelanggan tidak harus ditangani
dengan tatap muka, tapi semuanya bisa tangani dengan online. Sehingga
penanganannya bisa lebih cepat dan waktu yang ada bisa dipakai untuk melakukan
hal lain.
Kombinasi
antara ide cemerang seorang seniman dan mental entrepeneur perlu ditanamkan
kalau ingin sukses. Mendobrak sistem yang telah ada, berpikir kedepan dan
menguasai pasar, disini kunci keberhasilan bisnis. Tapi bagaimana bagi karyawan
yang tidak secara langsung menjalankan bisnis ? Tidak ada bedanya, karyawan di
zaman modern harus mampu bersaing di dunia bisnis. Ide kreatif sebagai seniman
dan memupuk mental entrepeneur untuk membangun memajukan perusahaan sangat
dibutuhkan. Apalagi kerja di perusahaan yang sarat dengan tehnologi digital.
Tidak bisa hanya duduk nyaman di kursi empuk tanpa melihat pesaing di dunia
luar sana.
http://www.plimbi.com/article/168472/menuju-sukses-perlu-menjadi-seorang-seniman-yang-bermental-entrepeneur
Comments
Post a Comment